Aku tak bermaksud untuk mengungkit-ngungkit tentang masa
lalu. Tentang aku, kamu, dan kita. Aku hanya teringat akan sebuah memori indah
yang terekam dalam otakku. Kamu mungkin benci dengan satu hal yang
diungkit-ungkit, akupun begitu. Tapi salahkah jika otak ini merekam setiap
detik demi detik perjalanan ini. Jangan salahkan otak, jangan salahkan aku,
jangan juga menyalahkan kamu ataupun rembulan. Karna saling menyalahkan itu
bukan hal yang dapat menemui titik akhir dari sebuah masalah. Aku ingin duri ini
dapat cepat tercabut dari dalam daging, karna jika tidak secepatnya dicabut
akan semakin menimbulkan luka yang mendalam. Mungkin ini suatu kesalahpahaman
antara aku, bintang, bulan, dan planet-planet lain. Hanya keterbukaan yang
dapat menyelesaikan semua ini. Tapi ego dan gengsi kami masing-masing justru
mengalahkan segalanya. Andai bibir ini tak berat tuk mengucap kata maaf,
mungkin tak akan serumit ini masalahnya.
Karna
keegoisanku juga, bintang menjauh dariku dan lebih memilih rembulan. Maafkan
aku bintang, kau tak nyaman berada disampingku. Aku tidak berusaha memiliki
bintang, karna bintang itu satuhal yang mustahil untuk dimiliki. Yang aku mau
hanya berada disampingnya dan ada ketika dia butuh atau setidaknya dia akan
berbagi cerita denganku. Apa permintaanku itu terlalu sulit dan merepotkan ?
entahlah. Tuhan, aku benar-benar bingung kali ini. Aku takut untuk melangkah,
aku takut untuk bertutur kata, aku taku melihat, bahkan aku takut berkedip.
Yang paling aku takutkan diantara yang tadi disebutkan mungkin berkedip. Karna
aku takut ketika aku membuka mata ini kembali kau sudah tak ada disampingku.
5 april 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar