Aku tak tahu sampai kapan aku harus terus mengeluarkan
buliran bening ini dari kelopak mata setiap malam. Entah mengapa, jikalau sudah
malam datang yang aku rasa hanya kepedihan yang teramat sangat. Mengikis perlahan
lapis demi lapis hati ini seperti halnya pantai yang terus terkikis oleh ombak
dilautan. Seperti lapisan atmosfer yang terus menipis karna polusi udara. Tetapi,
hatiku bukan pantai ataupun lapisan atmosfer. Hatiku ini hanyalah gumpalan
daging yang tersimpan dibalik jiwa seorang perempuan rapuh yang ak bisa
sendiri. Aku tak pernah bermaksud menyakiti, tak pernah bermaksud mengingkari,
tak pernah bermaksud menjauhi, dan tak sedikitpun aku bermaksud membenci. Aku hanya
ketakutan, ketakutan akan kesendirian, ketakutan akan kehilangan, dan ketakutan
akan ditinggalkan. Walaupun semua manusia pasti merasakan itu, tapi bisakah kau
datangkan itu satupersatu padaku ya Tuhan, janganlah kau datangkan semuanya
sekaligus seperti ini.
Aku tak
tahu pada siapa aku harus bercerita, pada siapa aku harus menangis, pada siapa
aku harus mengeluh, pada siapa aku harus bersandar, kecuali pada Mu ya Rabb. Bahkan
aku tak tahu perkataan mana yang harus aku dengar dan aku patuhi. Karna saat
ini aku selalu merasa sedih dalam tawa, gelap dalam terang, dan sendiri saat
bersama. Rasa yang terus berkecambuk didalam dada yang tak bisa diartikan
dengan kata-kata, tak bisa diucapkan oleh lisan, dan tak sanggup diterangkan
oleh bahasa tubuh. Aku mungkin biasanya bisa mengobati itu dengan menatap
langit dan memperhatikan bintang-bintang, tetapi itu adalah hal yang sangat
menyakitkan untukku saat ini. Saat aku melihat bentuknya, sinarnya,
gemerlapnya, semuanya membuat aku sakit. Apalagi ketika ingat akan perlakuan
itu padaku. Kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga kau sebegitu marahnya
padaku ? jika kau tak pernah bicara, aku tak akan pernah tau akan hal itu. PLEASE, KALAU AKU ADA SALAH NGOMONG DONG. JANGAN DIEMIN AKU KAYAK GINI.
DIEMNYA KAMU TUH NYAKITIN …..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar