Selasa, 28 Februari 2012

wildan II



Ayo kita lanjutin cerita tentang wildan
                Makin lama-lama aku mulai tahu tentang wildan dari beberapa teman yang sering laporan pada atasannya. Sembari mendengar laporan-laporan itu aku terus mengamati wildan dari jarak jauh tanpa ia ketahui, entah apa yang terjadi seandainya wildan tahu kalau aju suka memperhatikannya diam-diam. Semakin hari aku semakin menaruh rasa simpatik pada lelaki ini, awalnya mungkin aku hanya memandang sebelah mata. Tapi ketika aku buka mataku aku melihat sesuatu yang tidak dimiliki pria lain, dan hanya wildan yang memiliki itu.
                Berawal di sebuah pagi buta yang sangat dingin, aku masih dalam keadaan setengah sadar ketika berada di masjid sampai ketika salah satu teman ku memanggilku dengan antusias. “ mentari, liat siapa yang lagi adzan” aku membuka sedikit mataku untuk melihat, tapi akhirnya aku menutup lagi mata yang masih sayu ini. “ engga tau, liat aja sendiri. Aku nya ngantuk.” Kataku dengan keadaan mata tertutup. “ ih, liat dulu. Itu wildan yang azan.” Mendengar perkataan itu mataku langsung melotot nyaris keluar dari kandangnya. Entah ada kekuatan apa yang bisa membuat rasa kantukku hilang seketika.
                Dan pagi-pagi selanjutnya aku selalu menantikan siapa yang akan adzan sebelum dilaksanakan shalat. Ketika wildan yang adzan, aku langsung membeku dan tak bersuara sama sekali demi mendengar suara adzan yang dia kumandangkan. Selalu begitu setiap hari. Sampai akhirnya aku mendengar dari salah seorang temanku yang mengatakan kalau wildan itu sholeh. Semakin saja memikat hatiku yang sedang kagum pada dirinya. Tapi rasa itu bukan rasa yang datang dari hati, melainkan hanya sebuah kekaguman semata.
                Satahun kemudian aku selalu meyakinkan diri bahwa aku hanya kagum pada seorang WILDAN ZARKASYI. Rasa kagum itu beda dengan rasa suka yang mendekati cinta. Teman-temanku mulai lebih sering meledekiku dengan wildan. Ya padahal mereka mungkin belum tahu apa-apa tentang aku dan dia.
Aku lupa waktu tepatnya kapan, yang jelas sepertinya aku sudah tahu bahwa wildan menyukaiku. Itu berawal dari sebuah perjalanan sms yang ujung-ujung nya dia bilang kalau orang dia suka itu AKU bukan adji mayumi. Jujur, saat itu aku merasakan kaget dan tidak tahu harus membalas apa jadi aku tinggalkan sms itu dan menaruh handphoneku diluar kamar. Mungkin wildan merasa khawatir dan mencoba menghubungiku dan terus mengirimkan sms yang isinya hampir sama semua “ udah tidur ya”. Aku benar-benar bingung harus jawab apa. Akhirnya akupun pergi untuk tidur. Dan keesokan harinya widan mengirimkan pesan lagi ke telephone selular milkku. Tapi anehnya, dia tidak menanyakan perihal pernyataannya yang tadi malam. Aku sih pengennya wildan menanyakan lagi soal itu, tapi yasudahlah.
Ejekan teman-temanku samakin menjadi saat aku dan wildan menjadi pengurus osis. Entahlah apa modus mereka meledekiku, karna aku dari SD selalu diperlakukan demikian. Ketika LDKST dilangsungkan, teman-teman selalu menjodoh-jodohkan. Sebetulnya aku tak suka hal itu, karna hal itu wildan jadi takut, bahkan tidak mau dekat dengan aku. Selain factor dia sangat amat pemalu, mungkin factor itu juga. Yah akibatnya wildan mencari informasi tentang aku dari teman perempuanku, dan akupun mencari informasi tentang wildan lewat teman sekelasnya.
Akhirnya satu tahun tanpa terjadi apa-apa. Samapai akhirnya aku menginjakan kaki di kelas tiga SMP , aku mulai yakin sepertinya rasa ini lebih dari sekedar rasa kagum atau sejenisnya. Tapi seperti terbang kelangit ke tujuh dan dijatuhkan lagi kebawah saat aku mendengar pernyataan dari salah seorang teman sekelasku.
Aku sedang ingin menulis nama wildan di tangan kananku persis di atas nadiku yang paling besar. Kenapa harus di nadi, karena aku ingin dia dekat dengan aku selalu dan kenapa di tangan kanan, karna tangan kanan itu identik dengan tangan bagus. Aku agak kesulitan jika harus menulis dengan tangan kiri, jadi aku berniat meminta bantuan pada endah, teman sekelasku.
‘ endah tulisin ya nanti’
‘ iya, bentar ya yang ini belom selesai’
‘ iya sok aja dulu’
Sambil aku menunggu endah yang sedang memakaikan hena ditangan temanku yang lain.
‘ mentari tau engga ?’
‘ tau apa ?’
‘ tapi jangan marah atau gimana ya’
‘ iya, apaan emang ?’
‘ wildan udah jadian sama yasmin’
Jleb, mendengar perkataan itu lidahku kaku seketika, entah karna apa. Tapi yang jelas rasanya itu seperti di cambuk dengan pecut besi.
‘ oh, ya bagus dong. Akhirnya wildan bisa dapet orang yang sama baiknya kaya dia’ aku berusaha menyembunyikan rasa yang tidak karuan itu.
Mulai saat itu aku selalu menyalahkan diriku sendiri, andai saja sms malam itu aku balas mungkin tidak akan seperti ini kejadiannya. Ya, tapi hal itu tak berlangsung lama karna aku tidak mau akal sehatku dikalahkan oleh egoku. Akhirnya aku memutuskan kalau wildan aja bisa dapet ade kelas, kenapa aku engga bisa dapet kakak kelas, pikirku picik.
Akhirnya aku mendapatkan yang aku mau, tapi itu tidak membuat hatiku senang karena aku tidak benar-benar suka dengan kakak kelasku yang anak SMA ini. Tapi ya bagaimana lagi, daripada aku terus dilanda rasa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar