Ayo kita lanjutin cerita tentang wildan
Makin
lama-lama aku mulai tahu tentang wildan dari beberapa teman yang sering laporan
pada atasannya. Sembari mendengar laporan-laporan itu aku terus mengamati
wildan dari jarak jauh tanpa ia ketahui, entah apa yang terjadi seandainya
wildan tahu kalau aju suka memperhatikannya diam-diam. Semakin hari aku semakin
menaruh rasa simpatik pada lelaki ini, awalnya mungkin aku hanya memandang
sebelah mata. Tapi ketika aku buka mataku aku melihat sesuatu yang tidak dimiliki
pria lain, dan hanya wildan yang memiliki itu.
Berawal
di sebuah pagi buta yang sangat dingin, aku masih dalam keadaan setengah sadar
ketika berada di masjid sampai ketika salah satu teman ku memanggilku dengan
antusias. “ mentari, liat siapa yang lagi adzan” aku membuka sedikit mataku
untuk melihat, tapi akhirnya aku menutup lagi mata yang masih sayu ini. “ engga
tau, liat aja sendiri. Aku nya ngantuk.” Kataku dengan keadaan mata tertutup. “
ih, liat dulu. Itu wildan yang azan.” Mendengar perkataan itu mataku langsung
melotot nyaris keluar dari kandangnya. Entah ada kekuatan apa yang bisa membuat
rasa kantukku hilang seketika.
Dan
pagi-pagi selanjutnya aku selalu menantikan siapa yang akan adzan sebelum
dilaksanakan shalat. Ketika wildan yang adzan, aku langsung membeku dan tak
bersuara sama sekali demi mendengar suara adzan yang dia kumandangkan. Selalu
begitu setiap hari. Sampai akhirnya aku mendengar dari salah seorang temanku
yang mengatakan kalau wildan itu sholeh. Semakin saja memikat hatiku yang
sedang kagum pada dirinya. Tapi rasa itu bukan rasa yang datang dari hati,
melainkan hanya sebuah kekaguman semata.
Satahun
kemudian aku selalu meyakinkan diri bahwa aku hanya kagum pada seorang WILDAN
ZARKASYI. Rasa kagum itu beda dengan rasa suka yang mendekati cinta.
Teman-temanku mulai lebih sering meledekiku dengan wildan. Ya padahal mereka
mungkin belum tahu apa-apa tentang aku dan dia.
Aku lupa waktu tepatnya kapan, yang
jelas sepertinya aku sudah tahu bahwa wildan menyukaiku. Itu berawal dari sebuah
perjalanan sms yang ujung-ujung nya dia bilang kalau orang dia suka itu AKU
bukan adji mayumi. Jujur, saat itu aku merasakan kaget dan tidak tahu harus
membalas apa jadi aku tinggalkan sms itu dan menaruh handphoneku diluar kamar.
Mungkin wildan merasa khawatir dan mencoba menghubungiku dan terus mengirimkan
sms yang isinya hampir sama semua “ udah tidur ya”. Aku benar-benar bingung
harus jawab apa. Akhirnya akupun pergi untuk tidur. Dan keesokan harinya widan
mengirimkan pesan lagi ke telephone selular milkku. Tapi anehnya, dia tidak
menanyakan perihal pernyataannya yang tadi malam. Aku sih pengennya wildan
menanyakan lagi soal itu, tapi yasudahlah.
Ejekan teman-temanku samakin
menjadi saat aku dan wildan menjadi pengurus osis. Entahlah apa modus mereka
meledekiku, karna aku dari SD selalu diperlakukan demikian. Ketika LDKST
dilangsungkan, teman-teman selalu menjodoh-jodohkan. Sebetulnya aku tak suka
hal itu, karna hal itu wildan jadi takut, bahkan tidak mau dekat dengan aku.
Selain factor dia sangat amat pemalu, mungkin factor itu juga. Yah akibatnya
wildan mencari informasi tentang aku dari teman perempuanku, dan akupun mencari
informasi tentang wildan lewat teman sekelasnya.
Akhirnya satu tahun tanpa terjadi
apa-apa. Samapai akhirnya aku menginjakan kaki di kelas tiga SMP , aku mulai
yakin sepertinya rasa ini lebih dari sekedar rasa kagum atau sejenisnya. Tapi
seperti terbang kelangit ke tujuh dan dijatuhkan lagi kebawah saat aku
mendengar pernyataan dari salah seorang teman sekelasku.
Aku sedang ingin menulis nama
wildan di tangan kananku persis di atas nadiku yang paling besar. Kenapa harus
di nadi, karena aku ingin dia dekat dengan aku selalu dan kenapa di tangan
kanan, karna tangan kanan itu identik dengan tangan bagus. Aku agak kesulitan
jika harus menulis dengan tangan kiri, jadi aku berniat meminta bantuan pada
endah, teman sekelasku.
‘ endah tulisin ya nanti’
‘ iya, bentar ya yang ini belom
selesai’
‘ iya sok aja dulu’
Sambil aku menunggu endah yang
sedang memakaikan hena ditangan temanku yang lain.
‘ mentari tau engga ?’
‘ tau apa ?’
‘ tapi jangan marah atau gimana ya’
‘ iya, apaan emang ?’
‘ wildan udah jadian sama yasmin’
Jleb, mendengar perkataan itu
lidahku kaku seketika, entah karna apa. Tapi yang jelas rasanya itu seperti di
cambuk dengan pecut besi.
‘ oh, ya bagus dong. Akhirnya
wildan bisa dapet orang yang sama baiknya kaya dia’ aku berusaha menyembunyikan
rasa yang tidak karuan itu.
Mulai saat itu aku selalu
menyalahkan diriku sendiri, andai saja sms malam itu aku balas mungkin tidak akan
seperti ini kejadiannya. Ya, tapi hal itu tak berlangsung lama karna aku tidak
mau akal sehatku dikalahkan oleh egoku. Akhirnya aku memutuskan kalau wildan
aja bisa dapet ade kelas, kenapa aku engga bisa dapet kakak kelas, pikirku
picik.
Akhirnya aku mendapatkan yang aku
mau, tapi itu tidak membuat hatiku senang karena aku tidak benar-benar suka
dengan kakak kelasku yang anak SMA ini. Tapi ya bagaimana lagi, daripada aku
terus dilanda rasa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar